Rabu, 26 November 2014

Perkembangan Franchise di Indonesia


Perkembangan Franchise di Indonesia

Waralaba (bahasa Inggrisfranchisingbahasa Perancis: franchise yang aslinya berarti hak atau kebebasan)  adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak darikekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba ialah: Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.
Di Indonesia, sistem waralaba mulai dikenal pada tahun 1950-an, yaitu dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi. Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an, yaitu dengan dimulainya sistem pembelian lisensi plus, yaitu pewaralaba tidak sekedar menjadi penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi produknya.  Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi pengwaralaba maupun pewaralaba. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS danJepang. Tonggak kepastian hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007 tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:
  • ·      Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.
  • ·   Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba
  • ·         Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
  • ·         Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
  • ·         Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.


Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia, khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba diwajibkan mengembangkan bisnisnya melalui waralaba master (master franchise) yang diterimanya dengan cara mencari atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra), Franchise License Expo Indonesia (Panorama convex), Info Franchise Expo (Neo dan Majalah Franchise Indonesia).

Salah Satu Contoh Franchise di Indonesia

PT. Baba Rafi (Waralaba makanan)
Kategori: Makanan dan Minuman
Perusahaan: PT. Baba Rafi Indonesia
Alamat: Ruko Manyar Garden Regency 29-30, Jl.Nginden Semolo 29 Surabaya
Telepon: 031 5999975
Fax: 031 5999712
Bidang usaha: Gerai kebab Turki
Bentuk kerja sama: Waralaba
Konsep usaha: Menjual kebab (makanan khas Timur Tengah berupa daging sapi panggang yang dibungkus roti khusus) secara cepat saji dengan harga terjangkau
Target pasar: Kelas menengah
Tahun berdiri/waralaba: 2003/2004
Jumlah gerai: 800



Sejarah Singkat
Ide untuk mengembangkan usaha kebab Turki di Indonesia berawal saat Hendy Setiono pergi ke Timur Tengah dan menemui banyak penjual makanan khas Turki, kebab, yang dibuat dari daging sapi panggang, diracik dengan sayuran segar, dan dibumbui mayonaise, lalu digulung dengan tortila. Sebenarnya, kebab banyak beredar di Qatar dan negara Timteng lainnya. Namun menurut Hendy, kebab paling enak adalah dari Istambul, Turki. Karena itu, dia menggunakan trade mark Turki untuk menarik calon pelanggan.
September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi. Tepatnya di salah satu pojok Jalan Nginden Semolo, berdekatan dengan area kampus dan tempat tinggalnya. Modal awal yang dikeluarkan Hendy saat itu sebesar Rp 4 juta yang ia gunakan untuk membeli gerobak (gerai) dan peralatan lainnya seperti kompor dan penggorengan. Soal nama kedainya Baba Rafi, dia mengaku terinspirasi nama anak pertamanya, Rafi Darmawan. Baba berarti bapak, jadi Baba Rafi berarti bapaknya Rafi.
Kini sudah sekitar 800 gerai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Setelah melebarkan sayap ke Malaysia, maka target Kebab Turki Baba Rafi selanjutnya adalah menaklukkan Negeri Gajah Putih, Thailand. Hendy pun telah menandatangani MoU dengan Filipina untuk membuka cabang di sana.
Sukses bisnis kebab waralaba Hendy itu juga menghasilkan berbagai award, baik dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya, ISMBEA (Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award) 2006 yang diberikan menteri koperasi dan UKM. Hendy juga dinobatkan sebagai ASIA’s Best Entrepreneur Under 25 oleh majalah Business Week International 2006. Selain itu juga meraih The Best In Marketing Indonesia Franchisor of The Year 2009 dan Top Franchise ASEAN 2009.

Konsep Usaha & Daya Tarik
Hendy mempunyai alasan mengapa memakai gerobak untuk kedainya. Pertimbangannya karena membuat gerobak lebih murah daripada membuat kedai permanen, tidak perlu banyak modal. Gerobak pun fleksibel, bisa dipindah-pindah.
Untuk menjaga kualitas bahan baku, terutama daging untuk kebab, Kebab Turki Baba Rafi bekerja sama dengan salah satu perusahaan makanan terkenal, PT Belfoods Indonesia, yang sudah meraih sertifikat halal MUI dan persyaratan dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM). Sedangkan untuk mendistribusikan daging, Kebab Turki Baba Rafi mendirikan gudang di kota-kota besar, seperti Surabaya, Malang, dan Semarang. Melalui gudang inilah daging yang dibutuhkan dipasok ke gerai-gerai yang tersebar di sekitarnya. Pengiriman daging ini dilakukan dua kali seminggu atau tergantung kebutuhan. Selain kebab, menu lain yang terdapat di Kebab Turki Baba Rafi adalah hotdog, beef burger, chicken burger, syawarma, bigmac sapi dan ayam serta burger chrispy. Sejak 2004 usaha Kebab Turki Baba Rafi dikelola secara waralaba (franchise). Hingga kini sudah resmi dibuka sebanyak 800 outlet.

Kebutuhan Investasi
Kebab Turki Baba Rafi menyediakan beberapa tipe penawaran. Ada paket gerobak yang dijual dengan harga Rp 55 juta. Tipe Booth dan Dine In, keduanya berkonsep outdoor, ditawarkan seharga Rp 75 juta dan Rp 105 juta, sementara konsep indoor outlet harganya Rp 95 juta. Model cafe, franchise feenya sebesar Rp 80 juta dan ditambah investasi awal sekitar Rp 105 juta. Dalam satu paket sudah tersedia satu unit counter, alat burner kebab, dan paket perlengkapan gerai lengkap.

Penghargaan :
2008 “The Best Indonesia Franchisor” dari Majalah Info Franchise Indonesia
2008 “The Most Promising Entrepreneur of the Year” dari Asia Pasific
2008 “Asian Young Entrepreneurship Best unde 25 year” dari Business Week Asia Magazine
2007 “Jawara Entrepreneur 2007″ dari Majalah KONTAN
2007 “Pemenang I wirausaha Muda Mandiri 2007 kategori Mahasiswa program Pascasarjana dan Alumni
2007 Indonesia Ambasador for Asian Young Leaders Climate Forum dari British Council
2007 “Best Achievement Young Entrepreneur Award 2007” dari Bisnis Indonesia
2007 “Best Franchise in Local Food & Beferages Category” dari Majalah Pengusaha
2007 Inspirator “Sound of Change” dari A Mild Live Soundrenaline
2006 “10 People of the Year” dari Majalah TEMPO (Special Edition)
2006 “The Indonesian Small and Medium Busines Entrepreneur Award (ISMBEA)”, dari Menteri Koperasi dan UKM
2006 “Enterprise 50” The Hottest Entrepreneur in 2006, Majalah SWA
LAIN-LAIN :
2008-Sekarang : Pemilik Piramizza: Counter makanan cepat saji dengan 5 (lima)outlet di Kota Surabaya
2007-Sekarang : Investor Baba Rafi Palace: Rumah Penginapan dengan 18 ruangan yang fungsi sebagai Homestay.
2006-Sekarang             : Pemilik Roti Maryam Aba-Ab : Counter makanan cepat saji ala Timur Tengah yang memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali.

Mereka kemudian sepakat untuk melakukan bisnis yang sarat trial and error. Hal ini dilakukan untuk menjajaki peluang bisnis pangsa pasar, serta resep kebab yang dapat diterima lidah orang Surabaya. Ia mengaku pernah membuat kebab dengan resep dart Qatar yang rasa kapulaga dan cengkehnya kuat. Namun ternyata tidak begitu disukai konsumen. Ukurannya pun terlalu besar. Oleh sebab it ia memodifikasi rasa dan ukuran yang pas supaya lebih familiar dengan orang Indonesia. Hingga akhirnya, terciptalah resep kebab turki ala Hendy dan Hasan. Kombinasi bahan yang digunakannya membuat lidah tergiur. Bayangkan daging panggang berbumbu, menyebarkan aroma yang membangkitkan selera. Ditingkahi irisan sayur segar mayonnaise, saus tomat dan sambal istimewa, dengan penyajian menarik digulung dalam lembaran tortilla lembut.
Proses memformulasikan resep yang tepat membutuhka waktu sekitar tiga bulan. Dengan modal sekitar 10 juta rupiah, pad September 2003, gerobak jualan kebab pertamanya mulai beroperasi Masa-masa awal usahanya, diakui Hendy sangat berat. Pernah, sejumlah uang untuk berjualan dibawa lari karyawan. Turn over karyawa juga sangat tinggi. Baru beberapa minggu bekerja, karyawan suda minta keluar. Bahkan, ia dan istrinya, Nilamsari, suatu ketika haru berjualan sendiri. Namun, karena kebetulan hari hujan, tak banya orang lalu-lalang untuk jajan. “Uang hasil berjualan hari itu diguna kan membeli makan di warung seafood saja tak cukup.
Karena tak ingin setengah-setengah dalam menjalankan usah kebabnya, ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah di Fakultas Teknik Informatika, Institut Teknologi Surabaya (ITS), hingga akhirnya harus putus sekolah. Tentu saja hal itu sangat mengecewakan orangtuanya. Namun Hendy berjanji tidak akan menyia-nyiakan bisnisnya, suatu janji yang di kemudian hari dibuktikannya dengan jitu.

Go Internasional
Strategi promosi dan publikasi kebab turki Baba Rafi jelas kualitas adalah segalanya. Oleh sebab itu, Baba Rafi menyiapkan pasukan khusus untuk quality control yang selalu memantau kondisi setiap outlet. Berdiri di bawah divisi Quality Control and Maintenance, divi itu bertugas mengecek dan mempertahankan kualitas rasa, pelayan an, kebersihan, serta valueproduk. Sebagai pendukung, usaha kebab ini menyediakan line telepon khusus bagi konsumen untuk menyant paikan komplain bila kualitas mengecewakan.



Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar